Bukan Sekadar “Nomor 6” Biasa: Vitinha, Si Hybrid Modern
Vitinha menonjol dengan etos kerja (work rate) yang luar biasa tinggi, namun dengan postur yang berbeda dari tipikal gelandang bertahan seperti Busquets, Rodri, Casemiro, Declan Rice, atau Jorginho. Ia tergolong kecil, kurus, dan bukan tipe pemain yang dominan dalam duel udara. Lebih mengejutkan lagi, ia didatangkan bukan sebagai pemain “jadi” dan bahkan sempat mengalami kegagalan peminjaman di IPL.
Namun, inilah keunikannya: Vitinha telah merevolusi peran “nomor 6”. Pergerakannya menunjukkan bahwa ia tak hanya bertahan, tetapi juga mampu melakukan progresi ke depan layaknya gelandang box-to-box. Bisa dibilang, Vitinha adalah contoh sempurna dari peran hybrid modern.
Penasaran dengan gaya bermain nomor 6 modern ala Vitinha? Yuk, kita bedah tuntas!
Perjalanan Vitinha di PSG: Langsung Jadi Andalan
Vitinha bergabung dengan PSG pada tahun 2022, di tengah gemerlap bintang seperti Neymar dan Lionel Messi, serta keberadaan Marco Verratti yang menjadi pengisi posisi nomor 6. Namun, pemain yang dibeli dari FC Porto ini langsung menancapkan kukunya sebagai pemain inti di musim pertamanya, mengemas total 48 penampilan dengan menit bermain yang tinggi.
Posisinya adalah “nomor 6”, gelandang bertahan di depan barisan bek. Namun, seringkali ia terlihat turun ke belakang untuk mendorong fullback, terutama di sisi kiri, agar bisa naik lebih tinggi.
Jembatan dari Belakang ke Depan: Visi dan Progresi
Dukungan (support) adalah prinsip utama dalam setiap serangan. Setiap pemain yang menguasai bola harus memiliki opsi umpan. Vitinha adalah jembatan vital dari lini belakang ke depan. Ia rajin memberikan support, memfasilitasi aliran bola.
Bayangkan skenarionya: center-back menguasai bola, Vitinha mendekat untuk memberikan support. Namun, dengan etos kerjanya, ia tidak terpaku pada satu posisi. Ia menjauh dan mencari ruang kosong, kemudian menjadikannya jalur support untuk progresi ke depan. Ia tidak memaksakan umpan ke depan jika tidak ada rekan yang tersedia, namun begitu ada kesempatan, Vitinha dengan sigap mengirimkan umpan progresi yang akurat.
Contoh lain, ia mendekat untuk memancing press lawan, lalu setelah bola dikembalikan, Vitinha segera mengekspos ruang kosong dan menerima operan ke depan. Kemampuan ini memastikan pemain bertahan selalu memiliki opsi untuk mengirim bola ke depan. Ia bahkan mampu melakukan dribel progresi yang mengejutkan lawan, seperti yang terlihat di final Liga Champions lalu, saat ia melewati pemain lawan dan memberikan assist matang ke rekan setimnya.
Lebih dari Sekadar Gelandang Bertahan: Peran Box-to-Box dan Pengatur Serangan
Dalam gol tersebut, Vitinha tidak hanya bertindak sebagai “nomor 6” yang cenderung berdiam di belakang. Ia lebih mirip gelandang box-to-box atau “nomor 8”. Inilah yang membedakannya dengan pemain seperti Jorginho atau Busquets yang cenderung lebih statis. Vitinha memiliki kemampuan melewati lawan untuk membawa bola ke depan.
Bahkan, dalam gol PSG melawan Liverpool, posisi Vitinha terlihat seperti gelandang serang (attacking midfielder) di awal serangan. Saat melawan Atletico Madrid di Piala Dunia Antarklub, Vitinha bahkan menyerang ruang kosong di depan lini belakang lawan, melakukan dribel singkat ke kotak penalti, sebelum melepaskan tendangan dingin ke gawang Jan Oblak.
Selain untuk support progresi ke depan, Vitinha juga rajin memberikan support sirkulasi bola dari kiri ke kanan. Pemain bernomor punggung 17 ini kerap turun sejajar dengan bek untuk membantu build-up serangan sekaligus mendorong Nuno Mendes agar bisa lebih naik.
“Nomor 6” saat ini identik dengan pengatur serangan dari belakang, atau yang sering disebut deep-lying playmaker. Vitinha dengan apik memerankan peran tersebut di PSG. Kemampuannya ini juga menjadi salah satu alasan mengapa ia sering turun ke belakang: untuk menjadi otak serangan dari posisi paling dalam.
Dari posisi yang dalam, ia kerap memberikan umpan akurat untuk membongkar pertahanan lawan. Ia juga bertindak sebagai pengatur arah serangan, melakukan switch atau sirkulasi bola ke sisi lain dengan sangat akurat.
Akurasi Umpan Tingkat Tinggi dan Kemampuan Bertahan yang Cerdas
Vitinha sering melakukan umpan pendek yang ditujukan untuk memancing lawan, kemudian ia bisa melakukan switch ke sisi lain dengan sangat akurat. Selain itu, ia memiliki kemampuan passing progresi dengan akurasi tinggi, digunakan untuk menggerakkan bola ke depan ke ruang yang lebih membahayakan gawang lawan.
Aksi passing-nya ini terekam jelas saat PSG mengobrak-abrik pertahanan Inter Milan. Diawali dengan switch pass untuk mengubah serangan ke sisi kiri yang lebih kosong, terjadi penetrasi yang dilakukan oleh rekannya. Ketika bola dioper kembali ke Vitinha di luar kotak penalti, dengan visi tinggi yang dimilikinya, ia mampu mengirimkan operan terobosan akurat ke rekannya, meskipun banyak pemain Inter yang menumpuk.
Kemampuan passing-nya ini juga didukung oleh statistik FBRef, yang menunjukkan bahwa ia berada di persentil 99 untuk jumlah dan akurasi passing di antara gelandang pada lima liga top Eropa. Ini adalah pencapaian yang luar biasa!
Meskipun bertubuh kecil, hal ini sama sekali tidak mengurangi tugas Vitinha sebagai “nomor 6” dalam fase bertahan. Ia mampu menjadi filter serangan lawan sebelum masuk ke area pertahanan. Dengan cerdik, pemain timnas Portugal ini mampu mengatasi kekurangannya dalam duel udara dan melakukan intersep yang krusial. Sebagai gelandang tengah terluar, ia tidak boleh sering kehilangan bola. Namun, saat hal itu terjadi, Vitinha mampu bertanggung jawab dan segera menghentikan serangan balik.
Di Liga Champions, Vitinha termasuk salah satu pemain dengan jumlah ground duels tertinggi, hanya di bawah Pedri dan Nuno Mendes. Lihatlah bagaimana ia menutup ruang di pertahanan yang terekspos dan melakukan blocking, atau bagaimana ia segera melakukan press saat terjadi duel di area tengah. Etos kerjanya yang tinggi memungkinkannya untuk mencakup banyak area di lini tengah.
Kesimpulan: Vitinha, Sang Wujud Gelandang Modern yang Adaptif
Secara keseluruhan, Vitinha adalah wujud “nomor 6” modern yang hybrid dan sangat cocok untuk tim yang tidak terlalu kaku, yang mengandalkan pergerakan pemain yang cair. Ditambah lagi, ia di-cover oleh pemain-pemain dengan etos kerja tinggi seperti João Neves atau Fabian Ruiz.
Vitinha adalah bukti bahwa peran gelandang bertahan telah berevolusi. Ia bukan hanya sekadar perusak serangan, tetapi juga motor serangan, jembatan penghubung antar lini, dan seorang pengatur tempo permainan. Keberadaannya di PSG menjadi kunci keberhasilan tim ini meraih dominasi.