Euro 2024 telah dimulai dengan kejutan! Spanyol, yang sering diidentikkan dengan ‘Tiki-Taka’, berhasil menunjukkan wajah barunya yang lebih dinamis dan efektif. Dalam pertandingan perdana Grup B, La Furia Roja secara meyakinkan menundukkan Kroasia dengan skor telak 3-0. Kemenangan ini bukan hanya sekadar hasil, melainkan juga pernyataan bahwa Spanyol di bawah asuhan Luis de la Fuente kini memiliki fleksibilitas taktik yang patut diwaspadai.
Meski statistik penguasaan bola tidak dominan, bahkan kalah dalam jumlah peluang, Spanyol berhasil tampil memukau dengan efektivitas luar biasa. Tiga gol tercipta di babak pertama, dimulai dari serangan balik cepat Alvaro Morata, disusul aksi brilian Fabian Ruiz, dan diakhinisiasi oleh visi luar biasa Lamine Yamal. Penasaran bagaimana Spanyol meramu kemenangan taktis ini? Mari kita selami lebih dalam!
Formasi dan Strategi Awal
Spanyol turun dengan formasi 4-1-4-1, kokoh di belakang dengan duet center-back Robin Le Normand dan Nacho Fernandez, didukung oleh Carvajal dan Cucurella di posisi fullback. Lini tengah dipercayakan pada Rodri sebagai single pivot, Fabian Ruiz sebagai gelandang box-to-box, dan Pedri sebagai gelandang serang. Di lini depan, Nico Williams dan Lamine Yamal mengisi posisi winger, dengan Alvaro Morata sebagai ujung tombak.
Di sisi lain, Kroasia mengandalkan formasi 4-3-3, dengan Sutalo dan Pongracic di jantung pertahanan, diapit Stanisic dan Gvardiol di posisi fullback. Trio Brozovic, Modric, dan Kovacic menggalang lini tengah, sementara Ante Budimir menjadi penyerang tunggal, ditemani Kramaric dan Lovro Majer di posisi winger.
Kelebaran Maksimal vs. Blok Rendah Kroasia
Spanyol memulai pertandingan dengan menerapkan kelebaran maksimal dalam membangun serangan, yang diokupansi oleh kedua fullback mereka di koridor sayap. Rodri sebagai single pivot, bersama Fabian Ruiz dan Pedri, mengisi koridor half-space.
Kroasia merespons dengan struktur medium block press 4-1-4-1 atau 4-2-3-1. Namun, struktur ini hanya menyisakan satu penekan di depan, kalah jumlah menghadapi dua center-back Spanyol. Kondisi ini seringkali membuat salah satu center-back Spanyol memiliki kebebasan menguasai bola. Jika gelandang Kroasia terpancing naik, celah di lini tengah akan terbuka lebar, siap dieksploitasi Spanyol untuk melakukan progresi.
Contohnya terlihat saat Modric bergerak naik menekan center-back, keputusannya ini membebaskan Fabian Ruiz untuk bergerak melebar sebagai target progresi via Cucurella.
Peran Krusial Fabian Ruiz
Fabian Ruiz menjadi pemain yang sangat krusial dalam fase build-up Spanyol. Gelandang PSG ini sering melakukan pergerakan horizontal di belakang lini kedua Kroasia, melebar saat Spanyol melakukan sirkulasi ke fullback, dan menjadi outlet progresi penting. Ia adalah konektor vital yang menghubungkan lini belakang dan lini depan Spanyol.
Momen Dominasi Kroasia dan Celah Pertahanan
Di pertengahan babak pertama, Kroasia sempat mengambil alih dominasi penguasaan bola. Saat on-possession, fullback kiri Kroasia, Josko Gvardiol, akan naik untuk menjaga kelebaran di sisi kiri bersamaan dengan Kramaric yang akan invert masuk ke tengah. Stanisic di kanan juga melakukan peran serupa. Dengan Kramaric yang invert ke tengah, Kroasia memiliki extra man di lini tengah, membentuk box midfield dengan tiga gelandang plus Kramaric, cukup untuk meng-overload lini tengah Spanyol. Struktur fullback di kelebaran dan inverted winger memungkinkan Kroasia memegang possession hingga lebih dari 70% di rentang waktu tersebut.
Namun, posisi fullback yang terlalu tinggi meninggalkan lubang di area pertahanan Kroasia yang rawan terekspos dalam fase transisi dari menyerang ke bertahan. Dapat dikatakan, saat menguasai bola, Kroasia tidak memiliki struktur rest defense yang ideal untuk mengantisipasi situasi transisi.
Gol-gol Kilat Spanyol: Efektivitas di Atas Segala
Kelemahan inilah yang terekspos di gol pertama Spanyol. Berawal dari long ball dan second ball yang dimenangkan Spanyol, tidak ada tendensi counter-press dari Kroasia di lini tengah. Kedua fullback mereka sudah berada di posisi tinggi, dan kedua center-back berjauhan, mengakibatkan kalah jumlah empat lawan dua dengan empat pemain Spanyol di garis depan. Lubang menganga di pertahanan ini diekspos oleh serangan kilat. Fabian Ruiz dengan jeli melepaskan through pass kepada Morata, yang berhasil menyelesaikan peluang dengan baik, 1-0 untuk Spanyol!
Organisasi pertahanan yang buruk dari Kroasia kembali terlihat di proses gol kedua Spanyol, yang hanya berselang tiga menit dari gol pertama. Berawal dari pergerakan Lamine Yamal di sisi kanan yang berhasil menarik dua pemain Kroasia, Pedri di koridor half-space tidak terkawal. Di tengah, Nico Williams mengikat satu gelandang, dan Fabian Ruiz lepas dari penjagaan Kovacic. Gelandang PSG ini melewati dua pemain Kroasia sebelum melepaskan tembakan kaki kiri akurat yang gagal diantisipasi Livakovic. Selain tendangan akurat, Fabian Ruiz sangat lihai dalam menemukan ruang tembak di celah sempit.
Spanyol juga menunjukkan variasi serangan lain, seperti set-play corner kick pendek yang beberapa kali mengancam. Salah satunya berbuah gol ketiga di akhir babak pertama. Berawal dari corner kick pendek yang dieksekusi Yamal dan Williams, Spanyol menempatkan tiga pemain di area corner yang menarik tiga pemain Kroasia. Dari sisi kanan, Yamal melihat ruang kosong di antara kiper dan blok pertahanan Kroasia, lalu melepaskan crossing ke area tersebut yang kemudian disambut Carvajal dengan mengubah arah bola. Visi Lamine Yamal yang bisa melihat ruang kosong dan tekniknya dalam melepaskan in-swing cross yang mengarah ke gawang, menimbulkan dilema bagi kiper lawan.
Pertahanan Adaptif dan Kemenangan Meyakinkan
Spanyol terlihat sebagai tim yang tidak hanya mengandalkan dominasi penguasaan bola. Selain efektivitas gol-golnya, saat dibutuhkan, mereka juga bisa bertahan dengan adaptif. Ketika bertahan, mereka merespons taktik kelebaran maksimal Kroasia dengan winger yang ikut track-back untuk men-support fullback dan meng-cover area kelebaran.
Meskipun belum sempurna, pertahanan yang digalang oleh Nacho Fernandez dkk. beberapa kali berhasil ditembus Kroasia. Namun, setiap kali celah pertahanan terekspos, Spanyol relatif bisa dengan cepat melakukan recovery untuk meredam ancaman. Contohnya, saat Kovacic berhasil mengekspos ruang di koridor half-space dan mengirimkan cut-back ke mulut gawang, Kukurella masih sigap melakukan blocking krusial.
Kroasia juga mendapatkan peluang emas dari titik putih setelah blunder Unai Simon dan Rodri dianggap melakukan pelanggaran. Namun, lagi-lagi peluang emas tersebut berhasil dimentahkan oleh Spanyol. Tembakan Petkovic ditepis Unai Simon, dan Perisic yang menyambar bola rebound dianggap offside.
Meski belum sempurna, Spanyol berhasil meraih kemenangan meyakinkan atas tim langganan semifinal seperti Kroasia. Pertandingan selanjutnya, Spanyol akan menghadapi Italia di laga kedua Grup B, sebuah duel klasik yang patut dinanti!