Piala Dunia Antarklub 2025 Mengapa Barcelona Absen dari Ajang Bergengsi Ini?

Piala Dunia Antarklub 2025 akan segera bergulir dengan format baru yang lebih spektakuler, melibatkan 32 tim terbaik dunia dari berbagai konfederasi. Antusiasme memuncak, namun satu pertanyaan besar muncul: mengapa Barcelona, salah satu raksasa sepak bola Eropa, tidak termasuk dalam daftar peserta?

Absennya Blaugrana telah memicu keheranan banyak penggemar global. Meski konsisten di kancah domestik, Barcelona gagal memenuhi persyaratan ketat FIFA untuk lolos. Mari kita telusuri lebih dalam sistem kualifikasi dan persaingan sengit di Spanyol yang menyebabkan klub Catalan ini tersingkir.

Format Baru Piala Dunia Antarklub: Lebih Besar, Lebih Megah

Sebelumnya, Piala Dunia Antarklub adalah turnamen tahunan dengan tujuh tim. Kini, FIFA merevolusi ajang ini menjadi kompetisi empat tahunan dengan 32 peserta. Perubahan ini bertujuan untuk meningkatkan gengsi dan daya saing turnamen, menjadikannya layaknya “Piala Dunia” versi klub.

Sistem Kualifikasi FIFA: Fokus pada Performa Empat Musim

Sistem kualifikasi Piala Dunia Antarklub 2025 mengalami perombakan total. FIFA kini mengacu pada performa klub selama empat musim terakhir, yaitu dari musim 2021/2022 hingga 2023/2024, di kompetisi antarklub utama konfederasi masing-masing.

Untuk zona UEFA, yang mendapatkan jatah terbanyak (12 klub), ada dua jalur kualifikasi:

  • Empat slot otomatis diberikan kepada juara Liga Champions dalam periode tersebut.
  • Delapan slot sisanya diisi berdasarkan peringkat koefisien klub UEFA selama empat musim yang sama.
  • Namun, ada aturan krusial: maksimal dua klub per negara dapat lolos, kecuali jika lebih dari dua tim dari negara tersebut menjadi juara kontinental. Aturan inilah yang menjadi bumerang bagi Barcelona.

Spanyol Punya Dua Wakil, Barcelona Tereliminasi

Inilah inti masalah bagi Barcelona. Spanyol, sebagai salah satu kekuatan sepak bola Eropa, sudah memiliki dua wakil yang terkunci:

Real Madrid: Lolos otomatis berkat dua gelar Liga Champions yang mereka raih pada musim 2021/2022 dan 2023/2024.

Atletico Madrid: Mengamankan slot kedua bagi Spanyol sebagai tim dengan koefisien UEFA tertinggi berikutnya yang belum meraih gelar Liga Champions dalam periode evaluasi.

Meskipun Barcelona tampil cukup baik di Liga Champions selama periode tersebut, mereka gagal meraih gelar juara. Ditambah lagi, posisi mereka dalam peringkat koefisien klub UEFA kalah dari Atletico Madrid. Dengan aturan batas dua klub per negara, Barcelona harus rela tersingkir, menegaskan bahwa sistem baru ini tidak hanya melihat nama besar.

Ketatnya Persaingan UEFA dan Dampaknya pada Barcelona

Jatah 12 klub untuk UEFA memang terbesar, tetapi dengan empat slot untuk juara Liga Champions dan delapan berdasarkan koefisien, persaingan sangat ketat, terutama bagi klub-klub dari liga kuat seperti Spanyol, Inggris, dan Jerman.

Barcelona tidak memenuhi salah satu syarat utama:

  • Mereka bukan juara Liga Champions dalam periode yang dinilai.
  • Mereka tidak menjadi dua klub teratas dari Spanyol dalam peringkat koefisien FIFA/UEFA.

Situasi ini ironis karena Barcelona justru lebih sering menjuarai La Liga dibandingkan Atletico Madrid dalam periode yang sama. Namun, fokus kualifikasi Piala Dunia Antarklub adalah performa di kompetisi kontinental.

Ketidakhadiran Barcelona di Piala Dunia Antarklub 2025 menjadi bukti nyata bahwa sistem kualifikasi yang baru menuntut konsistensi dan performa puncak di kancah Eropa, bukan hanya di liga domestik. Ini adalah pelajaran berharga bagi klub-klub top dunia untuk terus berjuang di setiap kompetisi demi mendapatkan tempat di panggung global yang lebih megah ini.

By admin

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *