Manchester United dalam Sorotan Ralf Rangnick Ungkap Akar Masalah Kepemimpinan Klub

Manchester United kembali menjadi pusat perhatian setelah mantan manajer interim mereka, Ralf Rangnick, secara blak-blakan mengungkap masalah kepemimpinan Manchester United yang selama ini menggerogoti klub. Menurut Rangnick, krisis kepemimpinan MU ini menjadi pangkal dari semua persoalan yang ada, sebuah kondisi yang telah berlangsung sejak kepergian Sir Alex Ferguson.

Sejak ditinggal Sir Alex Ferguson, arah perjalanan Manchester United dinilai kehilangan kendali. Meskipun klub terus melakukan belanja pemain besar-besaran, prestasi yang diraih, khususnya di kancah Premier League, jauh dari harapan para penggemar. Rangnick mempertanyakan siapa sebenarnya yang bertanggung jawab atas visi jangka panjang Manchester United selama satu dekade terakhir. Ia menilai keputusan-keputusan penting kerap diambil tanpa struktur yang solid dan arah yang jelas.

Siklus pergantian pelatih Manchester United yang tak kunjung usai juga dianggap Rangnick sebagai cerminan kegagalan dalam membangun fondasi tim yang berkelanjutan. Akibatnya, tidak ada kesinambungan gaya bermain maupun identitas klub di lapangan.

Investasi Jor-Joran, Hasil Minim: Kritik Ralf Rangnick terhadap Belanja Pemain MU

Ralf Rangnick menggarisbawahi fakta bahwa Manchester United telah menggelontorkan dana fantastis untuk mendatangkan banyak pemain. Bahkan setelah masa tugasnya berakhir, klub tak berhenti berinvestasi besar demi membangun skuad yang kompetitif.

Sayangnya, performa Manchester United justru kian menurun dan kerap tercecer di luar papan atas Premier League. Belanja pemain besar tidak serta-merta berbanding lurus dengan hasil di lapangan. Rangnick menganggap kondisi ini sebagai bukti nyata kegagalan dalam perencanaan tim yang matang. Ia menyoroti bahwa uang yang dihamburkan tak memberi dampak signifikan terhadap fondasi skuad.

“Mereka telah menghabiskan 700, 800 juta pounds dan tim berada di urutan ke-15,” kritik Rangnick saat diwawancarai oleh Sport, menyoroti efektivitas belanja pemain Manchester United.

Siklus Gonta-Ganti Pelatih Tanpa Arah Jelas: Krisis Identitas Manchester United

Masalah lain yang disorot Rangnick adalah ketergantungan klub pada pelatih baru yang datang tanpa adanya panduan struktur yang jelas. Setiap pelatih membawa filosofi berbeda, memicu ketidakstabilan dalam penyusunan skuad dan memperparah krisis identitas Manchester United.

Pemain-pemain yang direkrut selalu disesuaikan dengan kebutuhan jangka pendek pelatih, bukan kebutuhan jangka panjang tim. Hal ini menciptakan siklus tidak sehat di Manchester United yang terus berulang tanpa hasil yang memuaskan. Rangnick menilai, selama pola ini terus berjalan, Manchester United tidak akan pernah mencapai stabilitas yang diharapkan.

“Mereka telah berganti pelatih berkali-kali. Sekarang masih ada (Ruben) Amorim, yang merupakan pelatih yang sangat bagus,” ujar Rangnick. “Tetapi jika pada akhirnya tidak berhasil, pelatih lain akan datang, dengan sistem permainan atau filosofi barunya, ia akan mendatangkan pemain lain.”

Era Ferguson: Ketika Manchester United Punya Arah dan Visi yang Jelas

Menurut Rangnick, krisis kepemimpinan Manchester United bermula sejak Sir Alex Ferguson mundur dari jabatannya pada tahun 2013. Saat itu, Ferguson memainkan peran vital sebagai pengambil keputusan utama di segala lini klub.

Ketika Ferguson pergi, ia juga membawa serta beberapa sosok penting yang menjadi bagian dari kekuatan internal klub. Sejak saat itu, tidak ada lagi figur yang mampu menjalankan peran strategis seperti dirinya. Rangnick meyakini hilangnya tokoh sentral dalam manajemen klub turut memperburuk kondisi internal yang sudah rapuh, menjelaskan mengapa Manchester United kesulitan setelah Ferguson.

“Saya pikir kita harus kembali ke tahun 2013, ketika Sir Alex meninggalkan klub,” ujarnya. “Dan ketika ia masih di sana, ia adalah dalang dari segalanya. Ia mungkin juga membawa banyak orang penting ke klub. Dan ketika ia pergi, beberapa dari orang-orang itu mungkin meninggalkan klub bersamanya. Sejak saat itu, saya pikir klub memiliki masalah kepemimpinan: siapa yang benar-benar membuat keputusan dan mengapa mereka membuat keputusan itu?”

Bagaimana menurut Anda, apakah sorotan Ralf Rangnick tentang krisis kepemimpinan ini menjadi kunci untuk memahami kesulitan Manchester United saat ini?

By admin

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *