Pembukaan Liga Primer Inggris (EPL) musim ini langsung menyajikan duel panas yang mendebarkan! Manchester City berhasil menunjukkan dominasinya dengan meraih kemenangan penting atas rival langsung mereka, Chelsea. Laga ini bukan hanya sekadar perebutan poin, tetapi juga menjadi panggung debut bagi dua rekrutan anyar City, Abdul Kadir Khusanov dan Umar Marmoush. Bagaimana jalannya pertandingan dari kacamata taktik? Mari kita bedah bersama!
Kejutan Awal & Kebangkitan City
Pertandingan dimulai dengan kejutan besar saat Chelsea berhasil mencetak gol cepat di menit kedua. Gol ini berawal dari blunder yang dilakukan oleh bek muda City, Khusanov, yang terlihat masih “kagok” dalam debutnya. Sebuah backpass yang kurang sempurna berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Michael Jackson, striker Chelsea, yang kemudian memberikan assist manis kepada Madueke.
Namun, kebobolan di awal laga justru memicu semangat juang Manchester City. Pasukan Pep Guardiola tampil mendominasi setelahnya dan berhasil membalikkan keadaan di babak pertama. Mereka menunjukkan permainan build-up progresif yang memukau, dengan Phil Foden dan Umar Marmoush menjadi motor serangan di ruang antarlini. Di babak kedua, City memastikan kemenangan dengan tambahan dua gol dari skema permainan direct yang efektif.
Formasi dan Peran Kunci Pemain
Sebagai tuan rumah, Manchester City turun dengan formasi andalan 4-3-3. Debut Khusanov sebagai center-back bersama Akanji menjadi sorotan, sementara posisi fullback kanan diisi oleh Matheus Nunes menggantikan Kyle Walker. Tiga gelandang serbaguna, Gundogan, Kovacic, dan Bernardo Silva, mengisi lini tengah. Di lini depan, Marmoush mengisi sisi kiri, Foden di kanan, mengapit mesin gol Erling Haaland sebagai ujung tombak.
Di sisi lain, Chelsea tetap setia dengan formasi pakem 4-2-3-1. Trevoh Chalobah dan Levi Colwill menjaga jantung pertahanan, dengan duo Caicedo dan Enzo Fernandez sebagai double pivot. Palmer beroperasi di posisi nomor 10, diapit Madueke dan Sancho, dengan Michael Jackson sebagai striker tunggal.
Momen Kunci: Blunder Khusanov dan Adaptasi Pep
Gol cepat Chelsea memang berasal dari kesalahan Khusanov. Momen duel dengan Jackson, bola lepas, dan backpass kepala yang tanggung membuatnya harus membayar mahal. Khusanov terlihat kurang percaya diri pasca-blunder tersebut, bahkan sempat diganjar kartu kuning. Ia akhirnya ditarik keluar di menit 54 digantikan oleh John Stones.
Pep Guardiola mengungkapkan bahwa masalah bahasa mungkin menjadi kendala adaptasi bagi Khusanov. Ini menunjukkan betapa pentingnya komunikasi dalam sepak bola modern, terutama di level tertinggi seperti Liga Primer.
Dominasi Taktis City: Inverted Wingers dan Run in Behind
Setelah kebobolan, City bermain lebih agresif dan dominan. Secara taktis, saat dalam fase possession, City bertransformasi menjadi 3-4-1. Dua center-back menjaga lini belakang, tiga gelandang mengatur tempo, dan yang menarik adalah peran Marmoush dan Foden. Meski di atas kertas sebagai winger, keduanya bermain lebih invert untuk beroperasi di area half-space dan ruang antarlini lawan. Kelebaran serangan diisi oleh dua fullback yang rajin overlap, Guardiol dan Matheus Nunes.
Respon Chelsea terhadap build-up City adalah dengan blok medium, tidak langsung melakukan pressing intens. Mereka fokus membentuk blok press yang kompak di tengah dengan shape 4-2-3-1 atau 4-4-2. Hal ini terlihat dari data PPDA Chelsea yang cukup tinggi (22), menandakan mereka lebih pasif dalam pressing dibandingkan City (15).
Marmoush dan Foden yang beroperasi di koridor half-space menjadi outlet progresi utama. Impact Marmoush sangat terasa, dengan posisinya yang sejajar dengan Haaland. Haaland berperan untuk mengikat center-back lawan, sementara Marmoush melakukan “run in behind” untuk mengekspos ruang di belakang lini pertahanan Chelsea. Pergerakan ini langsung menghasilkan peluang di menit pertama!
City juga punya variasi serangan lain melalui pergerakan fullback mereka. Ide yang sama: melakukan “run in behind” untuk mengekspos ruang di belakang garis pertahanan Chelsea. Gol pertama City lahir dari skema ini, ketika Matheus Nunes melakukan curve run dan run in behind, disambar oleh Guardiol yang menyambar bola rebound.
Skema Direct Play yang Mematikan di Babak Kedua
Di babak kedua, Manchester City mengubah pendekatan menjadi lebih direct. Pep menumpuk banyak pemain di belakang untuk melakukan “invite press” atau menarik banyak pemain Chelsea. Tujuannya? Menciptakan lebih banyak ruang di lini tengah dan pertahanan lawan.
Dua gol City di babak kedua lahir dari skema ini.
Gol kedua: Tiga gelandang City drop untuk invite press. Ederson melepaskan long ball ke Haaland. Dengan pemain Chelsea yang terpancing naik, Haaland bisa langsung satu lawan satu dengan kiper Chelsea, Robert Sanchez, yang salah perhitungan. Haaland dengan mudah membobol gawang Chelsea melalui lob cantik.
Gol ketiga: Skema yang sama! Tiga gelandang drop invite press. Kali ini, long ball dilepaskan kepada Kevin De Bruyne. De Bruyne melayangkan bola ke Haaland, dan bola memantul ke Foden yang bebas. Foden kemudian berhadapan satu lawan satu dengan kiper dan memantapkan keunggulan City.
Kesimpulan: Kemenangan Penting dan Debut Impresif Marmoush
Kemenangan ini sangat penting bagi City atas tim yang menjadi direk kompetitor. Mereka bermain bagus dan berhasil menghukum Chelsea yang bertahan dengan “nanggung”. Pemain baru, Umar Marmoush, langsung memberikan kesan positif, menunjukkan adaptasi yang cepat dengan gaya bermain City dan memberikan variasi serangan yang sangat dibutuhkan. Meskipun belum berhasil mencetak gol, kontribusinya dalam membuka ruang dan menjadi outlet progresi sangat vital.