Inter Milan Hajar Bayern Munich Keajaiban Taktik Simone Inzaghi!

Duel Formasi: Bayern 4-2-3-1 vs. Inter 3-5-2

Sebagai tuan rumah, Bayern Munich turun dengan formasi di atas kertas 4-2-3-1. Double pivot diisi oleh Kimmich dan Goretzka yang menopang Guerrero sebagai “nomor 10”, diapit oleh winger Sane dan Olise.

Di sisi lain, Inter datang dengan formasi pakemnya 3-5-2, mengandalkan duet maut Lautaro dan Thuram di lini depan. Lini tengah diisi trio Barella, Hakan Calhanoglu, dan Mkhitaryan, yang diapit oleh Darmian dan Carlos Augusto sebagai wingback.

Ada perbedaan signifikan dalam penguasaan bola antara babak pertama dan kedua. Di babak pertama, kedua tim bermain berimbang, sementara di babak kedua, Inter bermain lebih pasif, menunjukkan adaptasi taktis yang cerdas.

Strategi Build-Up Bayern dan Respons Inter

Bayern memulai build-up serangan dengan Goretzka yang kerap turun sejajar dengan bek. Konrad Laimer bertindak sebagai fullback inverted untuk mengekspos half-space atau ruang di samping gelandang Inter.

Terlihat dalam salah satu momen, Sane melakukan cut inside memancing gelandang Inter untuk bergeser ke kiri. Ruang pun terbuka bagi Laimer yang bergerak inverted. Ia bebas dan memberikan umpan kepada Olise, namun Sommar berhasil menggagalkan tendangannya.

Saat Inter menerapkan high press, tak jarang Urbi, kiper Bayern yang punya kemampuan long passing mumpuni, mengirim bola langsung ke depan. Beberapa peluang emas hasil individu Sane dan Olise sempat tercipta, namun gagal dikonversi oleh Harry Kane. Namun, build-up long pass ini hanya terlihat beberapa kali karena Inter lebih banyak menunggu di medium block.

Rotasi Dinamis dan Skema Memancing Inter

Pada babak pertama, Inter bermain proaktif dengan slow build-up yang lekat dengan rotasi posisi pemainnya. Contohnya, Hakan Calhanoglu yang berposisi gelandang sentral kerap turun ke area center-back, membuat formasi tiga bek Inter terlihat seperti empat bek, dengan Bastoni dan Pavard menjadi fullback dadakan meski posisi asli mereka center-back.

Terlihat juga counter-movement atau pergerakan berlawanan dari Lautaro yang mundur dan Barella yang naik. Rotasi posisi di Inter sangat dinamis, tidak hanya terjadi di tengah atau depan, bahkan di lini belakang. Fleksibilitas formasi tiga center-back Inter ini juga berkat kemampuan Bastoni dan Pavard yang bisa bermain sebagai fullback. Mundurnya Barella ke sektor center-back sempat menghasilkan peluang cantik lewat operannya.

Di banyak momen lain, Acerbi meninggalkan posnya untuk memanipulasi marking lawan.

Selain rotasi, skema lain yang dilakukan Inter saat build-up adalah menciptakan lubang besar di ruang antar lini. Kerap kali pemain belakang, bahkan Sommar, melakukan delay, menunggu atau memancing pressing lawan naik. Ini dilakukan untuk melubangi ruang antar lini, karena dengan lini depan dan tengah yang terpancing naik, tercipta celah besar antara lini belakang dan tengah. Celah inilah yang kerap dimanfaatkan Lautaro dengan pergerakan mundurnya.

Idenya adalah memancing lawan dengan slow build-up di belakang, lalu mengirim operan ke Lautaro yang mundur di ruang antar lini yang sudah terbuka. Terlihat di momen ini, press Bayern sudah terpancing naik dan Bastoni mengirim umpan ke Lautaro yang mundur, meskipun percobaan ini gagal. Percobaan serupa dilakukan beberapa kali, dan skema ini berhasil memancing press lawan dan mengirim bola ke Lautaro yang mundur. Terlihat di sini ia diikuti jauh dan dilanggar oleh center-back Bayern, Kim Min-jae.

Gol Pembuka: Buah Kesabaran dan Taktik Brilian

Skema yang berhasil dilakukan datang dari sektor kanan, melibatkan Pavard. Lautaro mundur dan berhasil menerima bola, kemudian ia memindahkan serangan dari kanan ke kiri.

Skema serupa terlihat di awal terjadinya gol pertama. Yann Sommer menunda pengiriman bola cukup lama, hingga akhirnya melepas bola ke Lautaro yang kembali berduel dengan Kim Min-jae. Bola muntah ke kaki Thuram, dan Inter menguasai posisi. Lautaro kemudian mengirim bola ke sektor kiri, di mana Bastoni siap melakukan overlap dan Augusto sudah berada di depan.

Ketika wingback ini menerima bola, Thuram segera berlari mendahului backline Bayern. Pergerakan inilah yang membuat Augusto memutuskan untuk mengirim early cross datar. Yang menarik, Thuram dengan insting tinggi justru melakukan backheel ke belakang, di mana Lautaro sudah siap melakukan trivela shot berteknik tinggi. Gol berkelas 0-1 untuk Inter!

Pertahanan Rapat dan Serangan Balik Kilat

Inter bertahan dengan shape 5-3-2 yang menjaga jarak rapat antara lini belakang dan tengah. Pada babak kedua, taktik Kompany masih sama, ia menggunakan Laimer untuk menyerang ruang di samping gelandang Inter. Masalahnya, Laimer sangat jarang mendapatkan suplai umpan dari rekannya. Saat ada kesempatan, ia sebetulnya cukup bisa menciptakan peluang. Pasalnya, untuk menembus pertahanan Inter memang dibutuhkan banyak attacking output karena minimnya ruang yang tersedia.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah switch cepat dan memanfaatkan transisi ketika pertahanan Inter belum sepenuhnya kembali. Terlihat di sini, Hakan, Barella, serta Frattesi belum kembali sempurna, dan Olise melakukan cut inside untuk menemukan pemain yang kosong. Sayang, umpan tarik Laimer gagal dimanfaatkan oleh Harry Kane.

Switch dari satu sisi ke sisi lain juga menjadi cara Bayern mencetak gol. Karena buntu di kanan, di sini Kimmich mengirimkan crossing ke sisi jauh di mana Laimer bebas. Kemudian, ia mengirim crossing kembali yang disambut Müller dengan sontekannya, menyamakan kedudukan.

Inter Tak Panik, Langsung Balas!

Pasca kebobolan, yang menarik adalah Inter tidak panik. Hanya tiga menit berselang, mereka kembali unggul menggunakan slow build-up namun direct yang menjadi andalannya. Diawali dari Sommar ke Barella. Lalu, kita lihat kembali Lautaro yang mundur untuk menerima bola sekaligus memancing Stanisic naik.

Bisa dilihat saat Lautaro berhasil membalikkan badan, tiga pemain yaitu Frattesi, Barella, dan Augusto sudah bersiap lari sehingga mereka unggul momentum. Bola dialirkan ke Barella yang kemudian diteruskan ke Augusto. Tidak ada pemain yang menutupnya, dan meski Frattesi tertutup, ia berhasil menyambut umpan deras Augusto lewat sontekannya. Skor 1-2 untuk keunggulan Inter!

Kemenangan Inter ini menegaskan bahwa wakil Serie A belum habis. Tim yang bisa dibilang kalah kualitas pemain dari Bayern ini, mampu mengoptimalkan kerja sama tim dan sistem yang dibangun Simone Inzaghi dengan sangat baik. Tentu akan menarik melihat bagaimana kiprah mereka di sisa babak kompetisi. Mampukah mereka lolos ke semifinal? Patut kita tunggu!

By admin

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *