Halo para pencinta taktik sepak bola! Kembali lagi di Ruang Taktik, tempat kita bedah habis setiap jengkal pertandingan seru. Kali ini, fokus kita tertuju pada laga Community Shield yang baru saja memanaskan persaingan dua rival abadi kota Manchester: Manchester City sang juara Premier League, dan Manchester United sebagai peraih FA Cup.
Pertandingan ini tak hanya menjadi ajang perebutan trofi, tapi juga panggung balas dendam bagi City yang sebelumnya takluk dari MU di final FA Cup. Dan benar saja, pasukan Pep Guardiola berhasil membalaskan dendamnya! Meski harus melewati drama adu penalti yang menegangkan, City akhirnya keluar sebagai pemenang.
Statistik Bicara: Ketatnya Duel di Atas Lapangan
Laga ini memang berjalan sangat ketat. Dari segi penguasaan bola, Manchester City unggul tipis dengan 56% berbanding 44% milik MU. Namun, ada fakta menarik dari jumlah peluang. Justru anak asuh Erik ten Hag yang terlihat lebih berbahaya dengan melepaskan 8 tembakan, bahkan dengan nilai xG (expected goals) yang lebih tinggi dibandingkan City yang mencatatkan 9 tembakan. Ini menunjukkan efektivitas serangan MU yang patut diacungi jempol.
Gol-gol baru tercipta di 10 menit terakhir pertandingan. Manchester United sempat unggul lebih dulu lewat aksi Garnacho di menit ke-82, sebelum akhirnya disamakan oleh Bernardo Silva satu menit jelang waktu normal berakhir. Skor imbang 1-1 memaksa laga dilanjutkan ke babak adu penalti, di mana City berhasil mengunci kemenangan setelah dua dari delapan penendang penalti MU gagal menunaikan tugasnya.
- Penasaran bagaimana jalannya laga dari kacamata taktik? Yuk, kita bedah bersama!
- Krisis Skuad dan Solusi Cerdas dari Guardiola & Ten Hag
- Kedua tim tidak tampil dengan kekuatan penuh di laga ini, memaksa para pelatih memutar otak.
Manchester City turun dengan formasi 4-3-3 single pivot. Pep Guardiola banyak memberi kesempatan pada talenta muda dari akademi. Sebut saja Rico Lewis di bek kanan, McAtee dan O’Reilly yang mendampingi Kovacic di lini tengah, serta Oscar Bob di posisi winger kanan.
Di sisi lain, Manchester United menggunakan formasi 4-2-3-1 double pivot. Lini belakang mereka menghadapi krisis cedera parah, sehingga Erik ten Hag menurunkan duet dadakan Jonny Evans dan Harry Maguire di jantung pertahanan. Bahkan, Lisandro Martinez harus diplot sebagai bek kiri darurat. Di lini tengah, Casemiro dan Mainoo menjadi double pivot, sementara Bruno Fernandes mengisi posisi false nine mengingat Højlund masih cedera dan Zirkzee baru saja bergabung.
Taktik Build-up dan Serangan: Inovasi dari Kedua Tim
Manchester City: Asimetris Fleksibel dan Overload Sayap
City membangun serangan dengan tiga pemain di lini pertama. Bek kiri, Gvardiol, lebih sering turun sejajar dengan dua center-back, menciptakan back three yang solid. Sementara itu, Rico Lewis di sisi kanan bermain lebih tinggi, bahkan seringkali melakukan inverted run ke half-space saat Oscar Bob menjaga lebar lapangan.
Meskipun secara formasi mereka 4-3-3 single pivot, di lapangan Kovacic selalu didampingi oleh O’Reilly. Kedua gelandang ini menjaga jarak dekat untuk memastikan koneksi dan membuka jalur progresi ke depan. Jika akses ke tengah tertutup, Rico Lewis yang invert menjadi target progresi utama.
Kombinasi Rico Lewis dan Oscar Bob di sisi kanan sangat menarik. Mereka kerap bertukar posisi, bergantian mengisi half-space dan area sayap. Hal ini menciptakan situasi overload yang merepotkan bek kiri darurat MU, Lisandro Martinez, yang harus menjaga dua pemain sekaligus. Rico Lewis pun leluasa menerima umpan progresi, sementara Oscar Bob menunjukkan kemampuan individu mumpuni untuk melewati lawan dalam situasi 1v1 dan melakukan dribble menusuk ke tengah.
Manchester United: Variasi Build-up dan Serangan Langsung
MU juga menunjukkan build-up yang konstruktif. Struktur natural mereka saat build-up adalah 4-2, dengan empat pemain di belakang dan dua pivot yang menjaga jarak dekat di tengah. Ketika bola disirkulasikan ke sayap, Mainoo akan mendekat ke sisi bola untuk menyediakan koneksi, memastikan progresi serangan berjalan lancar.
Selain struktur natural ini, MU juga punya variasi build-up lain. Lisandro Martinez bisa invert ke tengah sebagai gelandang tambahan bersama Mainoo dan Casemiro. Dari posisi tengah, ia juga bisa langsung turun ke area center-back, dan pada saat yang sama, Jonny Evans akan melebar mengisi posisi bek sayap. Evans juga bisa melakukan invert ke tengah saat mengisi posisi bek sayap.
Pada babak pertama, MU tidak terlalu direct dalam menyerang. Mereka lebih banyak menciptakan white overload di area lebar. Contohnya terlihat pada proses peluang chance Rashford yang bermula dari white overload di sisi kanan sebelum pindah arah serangan ke kiri dengan umpan-umpan pendek. Sayangnya, placing Rashford masih jauh dari sasaran. Amad Diallo di winger kanan juga beberapa kali merepotkan pertahanan City dengan pergerakan yang lebih efektif dibandingkan Antony, sering melakukan link-up dan off-the-ball movement yang menciptakan situasi berbahaya.
Memasuki babak kedua, MU mulai bermain lebih direct untuk mengekspos ruang di belakang pertahanan City. Serangan langsung ini cukup efektif, namun penyelesaian akhir menjadi masalah. Bruno Fernandes dan Rashford gagal memaksimalkan peluang dengan baik. Mereka sempat mencetak gol di menit ke-54 melalui direct switch dari Dalot yang mengekspos area yang ditinggalkan Oscar Bob. Dari area lebar, Lisandro Martinez melepaskan umpan terobosan kepada Bruno Fernandes yang kemudian melesakkan bola ke tiang jauh. Namun, gol ini dianulir karena Bruno sudah berada dalam posisi offside.
Drama Penutup: Gol Penyeimbang dan Adu Penalti Penuh Ketegangan
MU akhirnya kembali mencetak gol di menit ke-82 melalui situasi transisi cepat. Bermula dari dua pemain muda MU yang berhasil merebut bola, serangan balik di sisi kiri pertahanan City yang bocor diekspos oleh Garnacho. Ia menerima umpan dari Bruno, melakukan cut inside, dan melepaskan tembakan ke tiang dekat yang berhasil merobek jala City.
Namun, keunggulan MU hanya bertahan sesaat. Satu menit jelang waktu normal berakhir, Manchester City berhasil menyamakan kedudukan! Pemain baru City, Savinho, di sisi kanan berhasil menarik dua bek MU ke dalam half-space. Oscar Bob melakukan pergerakan cerdas, mengekspos ruang di lini belakang, lolos melewati Martinez, dan mengirimkan umpan silang yang disambut sundulan terarah Bernardo Silva. Skor imbang 1-1!
Adu penalti pun tak terhindarkan. Lagi-lagi, drama terjadi. Penalti pertama MU yang diambil Bernardo Silva berhasil digagalkan oleh Onana. Skor kembali imbang saat penalti Sancho ditepis Ederson. Puncaknya, penalti kedelapan MU oleh Jonny Evans melambung di atas mistar gawang. Manchester City akhirnya mengunci kemenangan melalui sepakan keras Akanji.
Pertandingan Community Shield ini menjadi bukti bahwa Derby Manchester selalu menyajikan tontonan yang mendebarkan, penuh taktik, dan drama hingga menit terakhir. Kemenangan ini tentu menjadi suntikan moral besar bagi Manchester City, sementara Manchester United memiliki banyak pelajaran berharga untuk dibawa pulang.