Analisis Taktik Borussia Dortmund di Semifinal Liga Champions Mengalahkan PSG sebagai Underdog!

Dortmund: Si Kuda Hitam di Final UCL 2024

Liga Champions musim ini menyajikan kejutan, salah satunya adalah keberhasilan Borussia Dortmund menembus partai puncak. Berbeda dengan Real Madrid yang berstatus tim unggulan, Dortmund justru tampil sebagai kuda hitam alias underdog sejati. Meski performa mereka di liga domestik cukup inkonsisten, skuad Die Borussen mampu tampil solid dan konsisten di kancah Eropa.

Pada babak semifinal, Dortmund berhasil mengandaskan PSG dengan agregat 2-0 dari dua leg. Kemenangan ini membuktikan bahwa semangat juang dan taktik jitu bisa mengalahkan superioritas individu.

Leg Pertama: Keunggulan Tipis Berkat Gol Füllkrug

Di leg pertama, kedua tim bermain relatif berimbang, saling menciptakan peluang dan menguasai bola. Namun, Dortmund berhasil memanfaatkan momentum krusial melalui gol tunggal Niclas Füllkrug. Gol ini menjadi bekal berharga bagi Dortmund untuk menghadapi leg kedua di markas PSG.

Leg Kedua: Taktik Bertahan-Menyerang yang Efektif

Berbekal keunggulan satu gol, Dortmund menerapkan strategi yang lebih pragmatis dan defensif di leg kedua. Mereka sengaja melepas possession dan fokus pada taktik defend-counter. Statistik menunjukkan PSG mendominasi penguasaan bola hingga 70% dan melepaskan 30 shots dengan nilai xG mencapai 3,25.

Namun, dominasi tersebut tidak membuahkan hasil. PSG gagal mencetak gol, sementara Dortmund justru berhasil mencuri satu gol tambahan lewat sundulan Mats Hummels dari skema tendangan sudut. Gol ini mengunci kemenangan Dortmund dan memastikan tiket final. Taktik defend-counter ini kemungkinan besar akan kembali diterapkan saat menghadapi Real Madrid di final nanti.

Formasi dan Peran Pemain Kunci Dortmund

Pelatih Edin Terzić menurunkan starter yang sama di kedua leg melawan PSG, dengan formasi 4-1-2-3 atau 4-2-3-1.

Lini Pertahanan: Duet bek tengah Emre Can, Mats Hummels, dan Nico Schlotterbeck tampil kokoh, didukung oleh Julian Ryerson dan Ian Maatsen di posisi fullback.

Lini Tengah: Emre Can, Marcel Sabitzer, dan Julian Brandt menjadi trio gelandang yang menjaga keseimbangan tim.

Lini Depan: Niclas Füllkrug diapit oleh Karim Adeyemi dan Jadon Sancho di posisi winger.

Dortmund menunjukkan fleksibilitas taktik: di leg pertama mereka bermain lebih balance antara menyerang dan bertahan, sedangkan di leg kedua mereka memilih untuk bermain lebih bertahan, mengingat keunggulan agregat dan status sebagai tim tamu.

Build-up dan Progresi Bola Dortmund

Saat on possession, Dortmund menerapkan struktur build-up dengan dua fullback yang melebar maksimal di koridor sayap. Fullback ini menjadi outlet penting untuk progresi bola, seperti yang terlihat saat Julian Ryerson menjadi target umpan diagonal dari Nico Schlotterbeck.

Edin Terzić memberikan peran yang berbeda pada kedua fullback-nya:

  • Julian Ryerson mendapat lisensi untuk lebih sering naik membantu serangan bersama Jadon Sancho. Ia juga memiliki kemampuan long throw-in yang kerap diarahkan ke Füllkrug sebagai target man.
  • Ian Maatsen di sisi kiri lebih banyak bertahan untuk menjaga rest defense.
  • Selain melalui fullback yang melebar, Dortmund juga sering melakukan progresi lewat tengah. Para gelandang akan bergerak untuk menarik pemain PSG dan membuka jalur umpan ke target progresi di ruang antarlini. Dortmund cukup vertikal dalam build-up, tidak terlalu banyak melakukan umpan sirkulasi. Gol pertama di leg pertama bahkan tercipta dari progresi direct dari belakang, di mana Schlotterbeck langsung mengirimkan umpan vertikal kepada Niclas Füllkrug yang berhasil lolos dari jebakan offside.

Soliditas Pertahanan dan Peran Kunci Winger

Di leg pertama, Dortmund masih sering melakukan pressing saat PSG build-up. Namun, di leg kedua, mereka cenderung menggunakan medium block atau menunggu di tengah, menerapkan blok press 4-4-2, 4-1-4-1, atau 4-5-1. Tujuannya adalah untuk menutup dua pivot PSG.

Dua winger Dortmund, Karim Adeyemi dan Jadon Sancho, juga memiliki peran aktif dalam bertahan. Mereka sering terlihat trackback untuk meng- cover area lebar ketika fullback PSG naik. Adeyemi, khususnya, menunjukkan work rate yang tinggi dan beberapa kali berhasil melakukan aksi defensif krusial. Bahkan Marco Reus yang masuk menggantikan Adeyemi juga memainkan peran serupa.

Dengan winger yang aktif trackback menutupi area lebar, fullback Dortmund tidak perlu melebar terlalu jauh, sehingga compactness empat pemain di backline lebih terjaga. Dortmund bahkan sering terlihat memiliki lima pemain di backline untuk mengimbangi lebar maksimal front line PSG.

Meski demikian, PSG beberapa kali masih bisa menembus pertahanan Dortmund dari sisi sayap. Namun, para bek tengah Dortmund selalu solid dan berada di posisi yang tepat untuk memotong cut-back dan crossing, serta melakukan clearance.

Penyelamatan Krusial Gregor Kobel dan Clean Sheet Impresif

Kiper Dortmund, Gregor Kobel, juga menjadi pahlawan dengan beberapa penyelamatan krusial. Ia total melakukan 8 saves di dua laga melawan PSG dan berhasil menjaga gawangnya tetap clean sheet. Sejauh ini, Dortmund menjadi tim yang paling sering clean sheet di Liga Champions, dengan catatan 6 kali nirbobol.

Di sisi lain, PSG memiliki masalah dalam penyelesaian akhir dan konversi peluang. Total nilai xG mereka mencapai 5,08, namun tidak satu pun berbuah gol. Sebaliknya, Dortmund, yang tidak banyak mendapatkan peluang di leg kedua, justru berhasil mencetak gol melalui sundulan Mats Hummels.

Adaptasi Taktik di Menit Akhir

Karakter adaptif juga ditunjukkan Terzić di menit-menit akhir leg kedua. Ia memasukkan satu center-back tambahan, Niklas Süle, menggantikan Jadon Sancho untuk memperkuat pertahanan. Dortmund kemudian bermain dengan lima bek di backline guna mengamankan keunggulannya.

Sebagai tim underdog, organisasi pertahanan Borussia Dortmund yang solid telah membawa mereka mengalahkan klub yang lebih superior seperti PSG. Di final nanti, mereka tidak hanya akan menghadapi superioritas individu pemain Real Madrid, tetapi juga faktor mental dan sosok Carlo Ancelotti yang dikenal adaptif dalam menghadapi berbagai situasi di Liga Champions.

By admin

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *